Rabu, 12 Agustus 2020

laki laki beralis tebal

 Jika ia mengaku kesepian, mungkin tak ada yang mengira. Ia terlihat berjalan, bahkan mungkin berlari namun ia tau tujuannya sudah dicuri, ia menyebut dirinya baik-baik saja. Tapi ku lihat matanya memastikan, nampaknya ia berpura-pura. Ku lihat sekali lagi dimatanya, makin jelas ia butuh pelukan. Lalu terakhir ku lihat kembali dimatanya, ya, dia kesepian. Tak banyak yang tau, bahwa ia hancur dari segala sisi dirinya, ia tak pernah mengaku ataupun membagi kisahnya. Mungkin ia memang seperti itu, membangun sebuah rumah dihatinya jauh didalam sana, rumah yang sangat nyaman, sampai akhirnya ia membiarkan dirinya berada dalam kehangatan hatinya sendiri, menahan dinginnya di luar rumah. Tanpa ia pun tau, mungkin ada kehangatan lain di luar sana, tapi ia tetap tak mau meninggalkan kehangatan hatinya. Ia membisu, terdiam dan hanya memandang keluar jendela dari dalam rumahnya. Tak pelak ia akhirnya tenggelam dalam kesepian, yang tak ia sadari, ia buat sendiri.

Jika aku bertemu dengannya, perlukah aku menenangkannya? atau langsung ku peluk saja. Karna aku rasa ia cukup kedinginan, aku ingin memeluknya saja, tanpa harus ku tanya "perlukah ku peluk?". Ya, aku pun kedinginan. 

Lalu ku periksa lagi, mungkin aku tadi mengatakan terakhir, tapi saat ku lihat lagi jauh ke dalam matanya ia menatap ku. Apa aku keliru? 

Kesepian.

Ia kesepian, merasa kesepian. Kemudian aku bertanya "apakah kamu perlu istirahat?", tanpa perlu menanyakan apa ia baik-baik saja atau tidak. Aku lihat dari matanya.

Ia tak menjawab, hanya menatapku.