Selasa, 28 Juni 2011

Salah? - Rizka Farahiya

(Jam istirahat, di dalam kelas)

“Liat, Ta! Itu Akbar!” Nana histeris pelan tapi tepat ditelingaku. “Nana! Santai aja kali. Iya itu Akbar. Trus kenapa?” ketusku. “Menurut lo Akbar itu gimana, Ta?” tanyanya dengan mata yang berbinar-binar. “Biasa aja ah, Na.” jawabku asal. “Lo gak deket ya sama dia? Padahal kalian kan sama-sama pengurus OSIS. Eh, Ta! Dia lagi ngeliat kesini. Aduuh!” Nana panik sendiri. Aku menoleh. Akbar memang sedang melihat ke arah kami. Ooh si Nana ini salting ternyata. Gue tersenyum usil, “Gue gak deket sama dia. Maaf ya, gue gak bisa bantuin lo. Lo suka kan sama Akbar?” muka Nana memerah, “Jangan bilang siapa-siapa ya, Ta.” jawabnya malu.
###

(Sepulang sekolah, di dekat Kantin)

            “Ita, lo mau gak jadi cewek gue?” Tanya Akbar malu-malu. Aku tersentak. Akbar? Nembak gue? Beneran nih? Tapi kan? “Ta, kok lu diem sih, Ta? Kaget ya? Maaf kalo cara gue salah. Ini pertama kalinya gue nembak cewek. Entah mengapa ucapannya itu membuatku tertawa terbahak-bahak. “Kok ketawa sih. Ta? Beneran, ini pertama kali buat gue. Tawaku terhenti. “Gue beneran suka sama lo, Ta. Gue sayang sama lo. Lo mau ya, jadi cewek gue?” Akbar mengulangi pertanyaannya.

            “Bar, lo tau kan Nana suka sama lo, gue..” ucapanku terhenti karena Akbar memotongnya, “Iya, gue tau. Tapi gue suka sama lo. Dan kalo ada yang bilang gue sering ngeliatin Nana, itu salah. Karena yang gue liat itu lo, Ta. Lo kan selalu bareng Nana belakangan ini. Yang gue perhatiin itu lo, Ta. Ita, bukan Nana.” Penjelasan Akbar kini makin membuatku tersentak.

            Aku dan Nana belakangan ini memang dekat. Itu karena Nana ingin mendekati Akbar. Akbar dan aku satu organisasi di sekolah. Jadi, Nana berniat mencari informasi tentang Akbar dariku. Tapi Akbar dan aku tidak dekat. Jadi aku tak bisa memberikan informasi apapun untuk Nana. Dan sekarang Akbar menyatakan cinta padaku. Akbar yang sangat disukai Nana ternyata menyukaiku. Apa yang harus gue lakukan sekarang?
###

(Malam minggu)

            “Itaa,” panggil Mama. “Iya, Ma. Ada apa? Aku menyahut dari kamar. “Itaa, kesini,” Mama memanggil lagi. “Ada apa sih. Maa?” aku sedang dikamar, sedang membereskan meja belajar. “Itaa, kesini. Kamu lagi ngapain sih? Ketiga kalinya mama memanggilku. “Iya iyaa, Ma. Ita kesanaa,” jawabku dan bergegas menemui Mama. “Maa..” “Kamu boleh pergi, batesnya jam 9. Awas kalo telat!” jelas Mama. Aku hanya berdiri, bingung. “Diluar ada temen kamu. Temui dia. Kasian dia nunggu.” Aku mengangguk dan bergegas menuju teras. Temen gue? Siapa? Begitu sampai diteras pertanyaanku terjawab. Astaga! Akbar! Ke rumah gue? Pas malem minggu?


            “Bar, kok lo bisa ada disini? Lo tau rumah gue darimana? Rumah gue susah ditemuin loh,” tanyaku. “Dari buku data pengurus OSIS. Hehehe iya bener, gue udah kesasar 3kali, Ta. Keluar yuk, Ta. Sekitar kompleks ini aja. Tadi gue udah minta ijin sama nyokap lo. Katanya boleh kok. Batesnya jam 9.” Jelasnya panjang lebar. Itu malah bikin aku makin melongo. Akbar melakukan semua itu? Cuma buat malem mingguan sama gue? Yang bahkan bukan pacarnya!

Yap! Hari itu aku belom jadian sama Akbar. Aku minta waktu buat lebih mengenal dia. Dan dia setuju. Aku gak nyangka usahanya sampe kaya gini. Ini makin bikin aku ngerasa bersalah sama Nana.

            Akhirnya kami berjalan bersama menuju gerbang kompleks. Dengan malu-malu, Akbar bertanya, “Ta, ini kan udah tiga hari. Lo udah mau jawab?” aku tersentak. Langkahku terhenti. “Ta, kenapa? Gue salah? Maaf. Gue gak maksa lo buat jawab saat ini kok, Ta,” dia panik. Aku terdiam. “Gue gak bisa, Bar. Hubungan kita ini salah. Nana yang suka sama lo tapi malem ini lo malah sama gue. Gue pikir,” Akbar memegang tanganku. “Salah? Lo pikir semua ini salah? Ita, gak ada yang salah. Nana gak salah suka sama gue. Itu hak dia. Gue gak salah karena nembak lo. Gue kan cuma ngikutin apa kata hati gue. Dan lo, lo gak salah atas Nana. Lo gak ngerebut gue dari Nana. Karena gue bukan milik Nana.” Akbar tersenyum, membuatku tersenyum juga. “Kalo akhirnya gue suka sama lo, apa itu salah?” tanyaku. “Tentu aja salah. Salah kalo lo ga mau ngungkapinnya.” Akbar masih tersenyum. Tau gak? Itu senyum mematikan! Hahaha “Jadi Ita, apa lo mau jadi cewek gue?”

            Aku menunduk. Lalu menatapnya lagi. Dengan malu-malu akhirnya aku mengangguk. Akbar memelukku. “Makasih banyak, Ta. Dalam hal ini, cinta pun gak salah. Dia cuma menjalankan tugasnya. Menyatukan dua hati yang saling mencintai.” Aku tersenyum. Akbar melepaskan pelukannya. “Ayo kita kedepan sana. Disana ada sekoteng yang paling enak buat malem mingguan kaya gini,” aku menunjuk suatu tempat. “Oh ya? Kenapa nggak?” Akbar kembali menggenggam tanganku. Dan kami pun melangkah dengan hati gembira.

Selesai

haha terinspirasi dari cerita hidup gue yang padahal beda banget
tysm RIZKA FARAHIYA :*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar